Bangsa Indonesia dikenal oleh Banga
lain sebagai bangsa yang bermoral, karena berada di kawasan timur yang notabene
berbudaya dan bermoral juga agamis yang sebagian penduduknya beragama Islam.
Indonesia juga punya segudang orang
dengan intelektualitas yang mempuni. Gelar doktor apalagi profesor melimpah
ruah di Nusantara. Menjadikan bangsa Indonesia dipanadang baik di mata dunia.
Tapi semua itu agaknya tercoreng dengan
ulah para pelaku koruptor saat ini Indonesia termasuk di urutan teratas negara terkorup
di dunia, sangat bertolak belakang dengan nilai pancasila, yang menjadi patokan
hidup dan pedoman bangsa indonesia. Hal ini diperparah dengan tertangkapnya
ketua mahkamah konstitusi (MK) yang seharusnya membuat hukum untuk ditaati
,malah ia langgar. Seperti yang terjadi pada ketua Mahkamah konstitusi yaitu
Aqil muchtar, sebelum kasus suap ini terungkap, Aqil mendengungkan- dengungkan
idenya atas hukuman yang akan diberikan kepada para koruptor. Dia punya gagasan
untuk memiskinkan anak keturunan para koruptor dan hukuman potong jari, tetapi
tak sejalan dengan apa yang ia buat, esuk
dele sore tempe mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan sepak
terjangnya. Kondisi ini semakin memperparah kondisi Indonesia, ketika terpuruk
dalam berbagai masalah yang kompleks, ditambah dengan kasus yang memalukan martabat
bangsa Indonesia di mata dunia, lembaga yang membuat hukum terjerat oleh hukum
yang ia buat, tak disangka lidah yang begitu lunak ternyata lebih tajam dari
sebuah pisau.
Indonesia bukanlah negara yang bodoh,
apakah kurang banyak sarjana di Indonesia??. setiap tahunnya perguruan tinggi
di indonesia setidaknya meluluskan tak kurang dari , apakah kurang untuk menjadikan
Indonesia maju tanpa korupsi. Mereka yang duduk di lembaga tinggi negara rata –
rata bergelar profesor atau
doktor.Tetapi pendidikan tinggi tak menjamin untuk memiliki moral yang baik.
Justru sebaliknya, mereka tak punya
moral sedikitpun. Manusia pada hakekatnya memiliki nurani lebih baik dari makhluk lain, nilai
moral mereka nol, tak punya hati nurani
yang sehat, sama halnya hewan, serakah, tak punya hati, egois, hati mereka
dibutakan dengan keegoisan mereka. Buta melihat dunia yang serba wah.
Mereka tak memikirkan untuk apa mereka duduk di kursi tertinggi. Seharusnya
mereka menyadari bahwa tugas mereka duduk di kursi pemimpin untuk menyampaikan
aspirasi rakyat.
Faktor yang paling mempengaruhi akibat
banyaknya kasus korupsi di Indonesia dikarenakan kurang siapnya mental menjadi pemimpin. Tergoda oleh melimpahnya
kemewahan disuguhkan dikala telah menjadi seorang pemimpin. Sekalipun bukan hak
penuhnya tapi, bisikan setan tak memanadang jabatan. Sekalipun pendidikan
mereka sampai S3, sekalipun embel-embel di belakang nama mereka profesor,
doktor, tak peduli dengan itu setan
mencari teman- temannya di neraka kelak.Tak menjamin seorang lulusan sarjana
tingkat tiga tersebut untuk lepas dan menghindar dari bujuk rayu setan.
Bukan hanya serang lulusan sarjana
orang-orang pesantren yang dikenal alim dengan ilmu agamanya bisa terlepas dari
kasus yang tak kenal mangsa ini. Tak habis pikir awalnya, Namanya Aqil itu dalam baahasa Arab yang
dalam arti Indonesia yakni akal.
Begitu pula dengan kata mukhtar yang
berarti pilihan, yang apabila digabungkan adalah akal pilihan, tak sesuai
dengan namanya, Aqil Mukhtar yang seharusnya punya akal, malah tak punya itu,
tak berpikir setinggi dengan gelarnya. Orang-orang bawah yang menganggap bahwa
pemimpin hanya korupsi itupun belum tentu ia juga bersih saat ia suatu ketika
menjadi seorang pemimpin
Menjadi pemimpin bukan hanya butuh gelar
profeso, doktor,atau yyang lainnya, melainkan kesiapan mental yang kuat
terhadap segala godaan. Penekana bahwa tujuan mereka duduk di kursi tertinggi
pimpinan suatu di lembaga negara adalah bertujuan untuk memamkmurkan rakyat
yang ia pimpin, yang berada dibawah mereka.bukan untuk duduk santai sambil
minum kopi, leha-leha ,dengan segala fasilitas yang diberikan oleh
negara. Justru sebaliknya, menjadi pemimpin butuh kerja keras pikiran dan
tenaga yang 100% ia berikan sepenuhnya unttuk kesejahteraan rakyat.
Jangan dikira menjadi pemimpin seenak
yang dibayangkan oleh kebanyakan orang.seorang pemimpin yang di anggap berhasil
adalah yang diakui oleh rakyat yang ia pimpin walaupun telah meninggal dunia.
Oleh:
Ghufron
Sekolah
Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran
Komentar
Posting Komentar